Jam Buka :

Senin - Jumat 07.30-16.00

Telepon :

(021) 4892802

Cara Ilmuwan Mengukur Jarak Bintang dan Galaksi-Galaksi Lainnya

Perlu Anda ketahui bahwa di alam semesta ini memiliki banyak galaksi yang memiliki ukuran sangat besar. Bahkan terdiri dari jutaan bintang-bintang di dalam galaksi, bahkan jarak di antara galaksi satu sama lainnya sangat luas.

Galaksi juga terbagi menjadi tiga macam yaitu ada galaksi elips, galaksi spiral, dan galaksi tak beraturan. Selain itu, jarak galaksi itu cukup jauh dan untuk menempuhnya membutuhkan waktu yang cukup lama bisa 1000 tahun lamanya.

Pastinya Anda bertanya-tanya bagaimana cara untuk mengukur jarak antara galaksi satu dengan lainnya bukan? Apakah para astronot harus mengelilingi seluruh galaksi untuk bisa mengukurnya? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari kita simak beberapa penjelasanya berikut ini.

Inilah Cara Menghitung Jarak Bintang

1. Metode Paralaks Trigonometri

Metode paralaks trigonometri merupakan salah satu metode untuk menentukan jarak antara bintang dan objek atau galaksi lainnya yang paling sederhana. Hal ini akibat terjadinya perputaran Bumi pada Matahari.

Oleh karena itu, bintang yang tampak dekat letaknya akan bergeser dengan latar belakang bintang yang lainnya. Perputaran ini disebut sudut paralaks yang dapat mengukur pergeseran tersebut, jarak Bumi ke Matahari sudah ditentukan, jadi jarak bintang juga bisa ditentukan

Jarak bintang yang sangat dekat bisa menggunakan sudut paralaks karena sangat kecil, karena hanya bisa mencapai ratusan tahun cahaya daripada diameter galaksi yang mencapai 100.000 tahun cahaya. Sedangkan jarak galaksi andromeda yang sudah dua juta tahun cahaya.

Metode lainnya yang bisa menghitung jarak lebih jauh lagi adalah metode fotometri, seperti halnya ketika suatu malam yang sangat gelap akan terlihat cahaya lampu dari kejauhan. Mungkin ini dapat dilakukan jika ANda mengetahui daya lampu tersebut berapa watt.

Istilah tersebut dalam dunia astronomi disebut dengan luminositas merupakan energi yang dipancarkan dari sumbernya setiap detik. Dan untuk menentukan jarak nya dengan menggunakan sebuah prinsip yaitu inverse-square law.

Inverse-square law memiliki arti sumber cahaya yang terang dapat dilihat namun berbanding terbalik dengan jarak kuadrat. Hal itu adalah suatu lampu yang memiliki jarak dua kali lebih jauh, dan cahayanya empat kali terlihat lebih redup.

Luminositas mempunyai benda-benda langit yang perlu diketahui, dikenal dengan standard candle arau lilin jarak penentu. Lilin yang menjadi salah satunya merupakan bintang-bintang yang variabel cepheid yang cahayanya berubah sesuai dengan periodik (irama tetap).

Perubahan cahaya tersebut akibat berdenyutnya bintang, semakin panjang selang waktu di antara denyutan atau panjang periode, akan membuat bintang semakin terang. Hal ini ditemukan oleh Henrietta Leavitt yang merupakan astronot wanita ketika tahun 1912.

Bintang dapat ditentukan dengan cara untuk mengukur periode pada denyutnya dengan menggunakan luminositas. Bintang yang memiliki cahaya sangat terang adalah variabel cepheid, dengan beberapa puluh tahun lebih dari matahari karena bisa digunakan sebagai penentu jarak pada galaksi lainnya.

2. Metode Supernova Type Ia

Selain itu, jarak yang lebih terang lagi dapat ditentukan dengan lilin lain, yaitu supernova type ia yang merupakan bintang meledak dan terangnya sudah di kalibrasi kira-kira 10 miliar lebih dari matahari.

Lilin ini sangat penting dalam penentu jarak karena berfungsi untuk menentukan jarak yang sangat jauh antara galaksi. Bahkan sekarang ini supernova type ia menjadi studi yang intensif.

Ledakan pada supernova diakibatkan karena adanya gravitasi bintang katai putih yang sudah mencapai batas, sehingga mengalami keruntuhan. Ledakan yang terjadi pada bintang sudah ditentukan stretch factor yaitu -19,6.

3. Metode Hubble-Lemaitre

Pada metode ini dikatakan bahwa alam semesta ini bergerak mengembang. Hal ini sudah diamati karena diamati jika diameter galaksi teropong baru 2.5 meter pada tahun 1919-1929 di Mount Wilson Observatory.

Kemudian untuk mengukur jaraknya di rekam dengan spektrumnya, yang didapatkan bahwa spektrum memiliki garis galaksi yang bergesar pada arah gemlombang. Sehingga menjadi lebih redshift atau lebih panjang, namun tidak dengan galaksi bimasakti yang terdekat.

Nah, itulah penjelasan mengenai cara ilmuwan mengukur jarak bintang dan galaksi-galaksi lainnya. Semoga penjelasan tersebut dapat menjawab rasa penasaran Anda bagaimana para astronot mengukurnya.

Didukung Oleh :

Artikel Lainnya