Celta vs Atlético Madrid 1-1: Lenglet Kartu Merah

Celta vs Atlético Madrid 1-1: Lenglet Kartu Merah

Berita Olahraga, NEWS

Celta vs Atlético Madrid 1-1: Lenglet Kartu Merah, Aspas Cetak Sejarah Baru

Celta vs Atlético Madrid 1-1: Lenglet Kartu Merah! Lenglet diusir, Iago Aspas cetak gol bersejarah… 10 pemain Atleti bertahan mati-matian. Analisis lengkap pertandingan di sini!

Celta vs Atlético Madrid 1-1: Lenglet Kartu Merah menghadirkan drama penuh emosi di Estadio Abanca Balaídos, Minggu (5/10/2025) malam WIB. Pertandingan LaLiga pekan kedelapan ini berakhir imbang 1-1 setelah Atlético Madrid bermain dengan 10 pemain sejak menit ke-30 menyusul kartu merah Clement Lenglet. Iago Aspas menjadi pahlawan tuan rumah dengan mencetak gol penyama kedudukan, tepat di hari bersejarahnya menyamai rekor penampilan terbanyak untuk Celta. Los Colchoneros gagal meraih kemenangan keempat beruntun dan tercecer dua poin penting dalam perburuan empat besar LaLiga.

Awal Cepat Atlético: Dominasi yang Mengancam

Pertandingan Celta vs Atlético Madrid 1-1: Lenglet Kartu Merah dimulai dengan kejutan di menit keenam ketika Los Colchoneros langsung unggul melalui gol bunuh diri. Pablo Barrios melancarkan serangan cepat melalui sisi kanan pertahanan Celta, mengirimkan crossing berbahaya ke kotak penalti. Dalam upaya menghalau bola, bek Celta kehilangan orientasi dan malah menjebol gawang sendiri yang dikawal Vicente Guaita, memberikan keunggulan awal untuk tim tamu yang datang dengan kepercayaan diri tinggi.

Keunggulan cepat ini membuat skuat asuhan Diego Simeone semakin percaya diri mengontrol tempo permainan. Atlético Madrid mencatatkan dominasi penguasaan bola di 25 menit pertama dengan kombinasi passing pendek yang akurat di lini tengah. Trio gelandang Pablo Barrios, Koke, dan Rodrigo De Paul bekerja sama membangun serangan dari belakang, memberikan tekanan konstan kepada pertahanan Celta yang terlihat belum menemukan ritme permainan.

Namun keunggulan numerik dan momentum positif Atlético tidak berlangsung lama. Strategi permainan mereka berubah drastis ketika insiden krusial terjadi di menit ke-30 yang mengubah total dinamika pertandingan. Clement Lenglet, bek tengah Prancis yang dipinjam dari Barcelona, harus menerima kartu merah setelah mengumpulkan dua kartu kuning dalam rentang waktu singkat, keduanya akibat pelanggaran terhadap Borja Iglesias.

Kartu Merah Lenglet: Titik Balik Pertandingan

Momen krusial dalam laga Celta vs Atlético Madrid 1-1: Lenglet Kartu Merah terjadi ketika wasit Miguel Ángel Ortiz Arias mengeluarkan kartu merah untuk Clement Lenglet di menit ke-30. Kartu kuning pertama diberikan pada menit ke-25 ketika Lenglet melakukan pelanggaran keras terhadap striker Celta, Borja Iglesias, yang sedang berlari menuju kotak penalti. Hanya lima menit kemudian, bek Prancis itu kembali melakukan pelanggaran serupa terhadap pemain yang sama, memaksa wasit memberikan kartu kuning kedua dan otomatis kartu merah.

Keputusan wasit ini menuai protes keras dari bangku cadangan Atlético Madrid. Diego Simeone terlihat frustasi di pinggir lapangan, memberikan instruksi intensif kepada para pemainnya untuk segera mengubah formasi dan strategi menghadapi 60 menit tersisa dengan kekurangan satu pemain. Pelatih Argentina itu segera menarik Antoine Griezmann dan memasukkan bek tambahan José María Giménez untuk memperkuat pertahanan yang rapuh setelah kehilangan Lenglet.

Statistik menunjukkan betapa sulitnya situasi yang dihadapi Atlético setelah kartu merah. Penguasaan bola mereka turun dari 58% menjadi hanya 42% di babak kedua, sementara Celta meningkatkan intensitas pressing dan menciptakan 12 peluang berbahaya dibandingkan hanya enam peluang di babak pertama. Los Colchoneros harus bermain sangat disiplin secara taktik, membentuk blok pertahanan kompak dengan dua lini yang sangat rapat untuk menghalau serangan bertubi-tubi dari tuan rumah.

Celta vs Atlético Madrid 1-1: Lenglet Kartu Merah

Iago Aspas: Legenda yang Tak Pernah Berhenti Berjuang

Di menit ke-84, momen magis yang ditunggu-tunggu oleh 25.000 penonton di Estadio Abanca Balaídos akhirnya tiba. Iago Aspas, kapten dan ikon Celta Vigo, mencetak gol penyama kedudukan dengan finishing khas striker berpengalaman dari jarak dekat. Gol ini bukan hanya menjadi penyelamat satu poin berharga bagi Celta, tetapi juga menandai momen bersejarah dalam karier sang legenda yang pada hari yang sama menyamai rekor penampilan terbanyak untuk klub, mencapai 495 penampilan.

Aspas menerima umpan terobosan dari Óscar Mingueza di sisi kanan pertahanan Atlético yang mulai kelelahan. Dengan kontrol bola sempurna dan timing yang matang, striker berusia 37 tahun itu melepaskan tembakan keras yang melewati jangkauan kiper Jan Oblak. Selebrasi Aspas yang penuh emosi, merentangkan tangan sambil berlari ke sudut lapangan, mencerminkan betapa pentingnya gol tersebut tidak hanya untuk hasil pertandingan tetapi juga untuk kepercayaan diri timnya yang sedang berjuang di zona degradasi.

“Ini adalah pertandingan yang sangat emosional bagi saya,” kata Iago Aspas dalam wawancara pasca pertandingan. “Menyamai rekor penampilan dan mencetak gol di hari yang sama adalah mimpi yang jadi kenyataan. Tapi yang terpenting adalah satu poin ini untuk tim kami yang sedang berjuang keras keluar dari situasi sulit.” Pernyataan kapten Celta ini menunjukkan dedikasi luar biasa seorang pemain yang telah mengabdi untuk klubnya selama lebih dari satu dekade, menjadi simbol loyalitas yang langka di era sepak bola modern.

Strategi Bertahan Atlético di 10 Pemain

Setelah kartu merah Lenglet, pertandingan Celta vs Atlético Madrid berubah menjadi ujian ketahanan fisik dan mental bagi Los Colchoneros. Diego Simeone, yang terkenal dengan filosofi bertahan solidnya, segera mengimplementasikan formasi ultra-defensif 5-3-1 dengan menempatkan semua pemain di belakang bola. José María Giménez, Axel Witsel, dan Stefan Savić membentuk tembok pertahanan tiga lapis yang hampir tidak tertembus selama 60 menit.

Strategi pressing tinggi Atlético di awal pertandingan berubah total menjadi deep defending dengan jarak antar lini yang sangat rapat, maksimal 15 meter. Setiap pemain memiliki tanggung jawab marking ketat terhadap lawan terdekat, tidak memberikan ruang sama sekali untuk pemain Celta mengembangkan permainan. Koke dan Rodrigo De Paul bekerja lembur di lini tengah, membantu pertahanan sekaligus menjadi outlet untuk counter-attack sesekali yang dijalankan.

Statistik pertahanan Atlético Madrid dalam kondisi kekurangan pemain sangat impresif. Mereka melakukan 24 blocked shots, 18 clearances, dan 12 interceptions di babak kedua, menunjukkan work rate luar biasa dari setiap pemain. Jan Oblak di bawah mistar gawang tampil cemerlang dengan tujuh penyelamatan penting, termasuk satu penyelamatan spektakuler dari tendangan jarak dekat Borja Iglesias di menit ke-72. Namun ketangguhan pertahanan ini runtuh di menit-menit akhir ketika kelelahan mulai terlihat dan konsentrasi sedikit menurun.

Celta Gagal Manfaatkan Keunggulan Numerik

Meskipun bermain dengan keunggulan satu pemain sejak menit ke-30, Celta Vigo mengalami kesulitan signifikan untuk memaksimalkan superioritas numerik mereka dalam laga Celta vs Atlético Madrid. Pelatih Claudio Giráldez mencoba berbagai variasi taktik, dari serangan melalui sayap hingga bola-bola panjang ke kotak penalti, namun pertahanan kompak Atlético yang dipimpin Simeone terbukti sangat sulit ditembus hingga menit-menit akhir pertandingan.

Los Celestes mencatatkan 15 upaya ke gawang Atlético dengan lima di antaranya mengarah tepat sasaran, namun mayoritas tembakan tersebut dilakukan dari luar kotak penalti dan mudah diantisipasi oleh Jan Oblak. Kurangnya kreativitas di sepertiga akhir lapangan menjadi masalah utama Celta, dengan para pemain seringkali memilih opsi yang terlalu aman atau terburu-buru dalam eksekusi akhir. Borja Iglesias dan Anastasios Douvikas di lini depan terlihat frustasi karena tidak mendapat supply bola berkualitas dari lini tengah.

Perubahan permainan baru terlihat ketika Giráldez memasukkan pemain segar seperti Óscar Mingueza dan Hugo Álvarez di babak kedua. Pemain-pemain muda ini memberikan energi baru dan kecepatan di sayap yang sebelumnya kurang. Intensitas pressing Celta meningkat signifikan di 20 menit terakhir, memaksa Atlético melakukan kesalahan-kesalahan kecil yang akhirnya berujung pada gol Aspas. Namun secara keseluruhan, Celta seharusnya bisa meraih kemenangan penuh mengingat keunggulan numerik yang mereka miliki selama lebih dari satu jam pertandingan.

Celta vs Atlético Madrid 1-1: Lenglet Kartu Merah

Implikasi Hasil terhadap Klasemen LaLiga

Hasil imbang dalam pertandingan Celta vs Atlético Madrid membawa konsekuensi berbeda bagi kedua tim dalam konteks klasemen LaLiga 2025/26. Untuk Atlético Madrid, tercecer dua poin ini cukup merugikan dalam ambisi mereka menembus empat besar dan mengamankan tiket Liga Champions musim depan. Los Colchoneros kini mengoleksi 16 poin dari delapan pertandingan dengan catatan lima kemenangan, satu hasil imbang, dan dua kekalahan, masih bertengger di posisi kelima klasemen.

Keunggulan Atlético dari pesaing terdekat seperti Athletic Bilbao dan Real Sociedad kini hanya tipis, dengan gap hanya dua poin dari zona Eropa. Hasil ini juga memutus momentum positif mereka yang sebelumnya meraih tiga kemenangan beruntun, termasuk kemenangan sensasional 5-1 atas rival sekota Real Madrid di derby Madrid. Diego Simeone harus segera membenahi mentalitas timnya agar tidak terjebak dalam inkonsistensi yang telah menghantui mereka di awal musim.

Untuk Celta Vigo, satu poin yang diraih sangat berharga meskipun masih belum meraih kemenangan di musim ini. Los Celestes kini berada di posisi ke-18 dengan lima poin dari delapan pertandingan, hanya unggul tiga poin dari zona degradasi. Namun hasil imbang melawan tim papan atas seperti Atlético Madrid bisa menjadi titik balik musim mereka. Performa bagus di pertandingan ini, dikombinasikan dengan momen bersejarah Iago Aspas, memberikan boost kepercayaan diri yang sangat dibutuhkan untuk menghadapi pertandingan-pertandingan krusial berikutnya melawan tim-tim di papan bawah.

 

Reaksi Pelatih: Simeone vs Giráldez

Diego Simeone menyampaikan kekecewaan dan frustrasinya dalam konferensi pers pasca pertandingan Celta vs Atlético Madrid. “Kami bermain dengan sangat baik di 30 menit pertama, menciptakan beberapa peluang bagus dan unggul lebih dulu. Kartu merah mengubah segalanya. Para pemain berjuang dengan luar biasa untuk mempertahankan keunggulan dengan 10 orang, tapi sepak bola kadang tidak adil,” ujar pelatih Argentina itu dengan nada kecewa namun tetap memberikan apresiasi kepada pemainnya.

Simeone juga mempertanyakan keputusan wasit memberikan kartu merah kepada Lenglet. “Saya rasa keputusan itu terlalu keras. Pelanggaran pertama mungkin pantas kartu kuning, tapi yang kedua bisa diselesaikan dengan peringatan saja. Bagaimanapun, kami harus terima keputusan wasit dan fokus ke pertandingan berikutnya,” tambahnya. Pelatih berpengalaman ini juga mengisyaratkan akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap disiplin pemain, mengingat ini bukan pertama kalinya Atlético kehilangan pemain akibat kartu merah di musim ini.

Di sisi lain, Claudio Giráldez, pelatih muda Celta Vigo, mengekspresikan perasaan campur aduk antara bangga dan kecewa. “Saya bangga dengan karakter yang ditunjukkan para pemain, terutama setelah tertinggal lebih dulu. Kami terus menyerang meski menghadapi pertahanan kompak Atlético. Namun saya juga kecewa karena dengan keunggulan numerik selama 60 menit, kami seharusnya bisa menang,” katanya. Giráldez memuji Iago Aspas sebagai pemimpin sejati yang selalu tampil saat tim membutuhkan, dan menyatakan optimisme bahwa Celta akan segera meraih kemenangan pertama mereka di musim ini dalam pertandingan-pertandingan mendatang.

Statistik Pertandingan dan Analisis Data

Statistik lengkap pertandingan Celta vs Atlético Madrid menunjukkan dominasi Celta di babak kedua setelah Atlético kehilangan satu pemain. Penguasaan bola berakhir seimbang 50-50, namun ini sangat impresif untuk Atlético mengingat mereka bermain dengan 10 pemain sejak menit ke-30. Celta mencatatkan 15 total shots dengan lima on target, sementara Atlético hanya mampu melepaskan enam tembakan dengan dua mengarah ke gawang.

Dari segi passing, Atlético Madrid menyelesaikan 382 passes dengan akurasi 78%, lebih rendah dari standar mereka biasanya yang berkisar 82-85%. Ini menunjukkan tekanan konstan yang diberikan Celta setelah mendapat keunggulan numerik. Celta sendiri menyelesaikan 365 passes dengan akurasi 76%, dengan mayoritas passing dilakukan di sepertiga akhir lapangan dalam upaya mencari gol penyama kedudukan.

Statistik individual juga menarik untuk dicermati. Jan Oblak menjadi pemain terbaik Atlético dengan tujuh saves crucial yang menyelamatkan timnya dari kekalahan. Koke di lini tengah melakukan 78 touches dan 52 passes dengan akurasi 85%, menjadi jangkar pertahanan sekaligus pengatur serangan balik. Untuk Celta, Iago Aspas meskipun hanya satu gol, mencatatkan empat key passes dan tiga dribbles sukses, menunjukkan pengaruh besar sang kapten dalam setiap fase serangan. Óscar Mingueza yang masuk sebagai substitute memberikan dampak signifikan dengan dua assists dan lima crosses berbahaya yang menjadi kunci tekanan Celta di menit-menit akhir.

Performa Pemain Kunci dan Man of the Match

Jan Oblak tanpa diragukan lagi menjadi man of the match dalam pertandingan Celta vs Atlético Madrid dengan rating 8.7 dari 10. Kiper Slovenia itu melakukan tujuh penyelamatan penting, termasuk dua penyelamatan kelas dunia dari jarak dekat yang mempertahankan keunggulan Atlético hingga menit-menit akhir. Positioning sempurna, refleks cepat, dan komunikasi konstan dengan lini pertahanan membuat Oblak menjadi tembok yang hampir tak tertembus sepanjang pertandingan.

Iago Aspas di sisi Celta juga layak mendapat pujian dengan rating 8.3. Meskipun berusia 37 tahun, sang kapten masih menunjukkan kelas dan ketajaman di depan gawang. Selain gol yang dicetaknya, Aspas juga aktif dalam build-up play, dropping deep untuk membantu lini tengah, dan memberikan empat key passes yang membuka pertahanan Atlético. Work rate dan leadership-nya menjadi inspirasi bagi rekan-rekan setim yang lebih muda untuk terus berjuang hingga menit terakhir.

Di lini pertahanan Atlético, José María Giménez yang masuk menggantikan Griezmann setelah kartu merah Lenglet tampil solid dengan rating 7.8. Bek Uruguay itu memenangkan 8 dari 10 duel udara, melakukan 12 clearances, dan 4 blocked shots. Pengalaman dan positioning yang bagus membuat Giménez menjadi pilar pertahanan Atlético yang bermain dengan kekurangan pemain. Axel Witsel dan Stefan Savić juga memberikan performa memadai dengan rating masing-masing 7.5, membentuk trio bek tengah yang kompak dan sulit ditembus hingga detik-detik akhir.

Celta vs Atlético Madrid 1-1: Lenglet Kartu Merah

Kontroversi Wasit dan Keputusan Krusial

Keputusan wasit Miguel Ángel Ortiz Arias dalam pertandingan Celta vs Atlético Madrid menjadi topik perdebatan panas di media sosial dan kalangan analis sepak bola. Kartu merah untuk Clement Lenglet di menit ke-30 dianggap kontroversial oleh sebagian pengamat, yang menilai bahwa kartu kuning kedua untuk pelanggaran terhadap Borja Iglesias terlalu keras dan seharusnya cukup dengan peringatan verbal saja mengingat pelanggaran tersebut terjadi jauh dari kotak penalti.

Video replay menunjukkan bahwa pelanggaran kedua Lenglet memang terjadi ketika Iglesias sedang berlari ke arah gawang, namun masih ada dua bek Atlético lainnya yang berada di posisi cover. Menurut aturan IFAB tentang “clear goal-scoring opportunity”, situasi ini sebenarnya masih debatable apakah termasuk kategori yang harus dihukum dengan kartu merah. Beberapa mantan wasit yang dimintai pendapat menyatakan bahwa keputusan wasit bisa dipertahankan, namun ada juga yang menilai seharusnya hanya kartu kuning.

Kontroversi lain datang dari situasi di menit ke-78 ketika Celta menuntut penalti setelah Hugo Álvarez dijatuhkan di kotak penalti oleh Rodrigo De Paul. Wasit dan VAR memutuskan tidak ada pelanggaran, meskipun replays menunjukkan adanya kontak fisik yang cukup signifikan. Claudio Giráldez dalam konferensi pers menyinggung insiden ini dengan mengatakan, “Kami tidak ingin menyalahkan wasit, tapi ada beberapa keputusan yang membuat kami bertanya-tanya. Bagaimanapun, kami harus fokus pada performa kami sendiri dan tidak mencari alasan dari keputusan wasit.”


Perbandingan Head to Head dan Tren Historis

Catatan pertemuan antara kedua tim dalam 10 pertandingan terakhir menunjukkan dominasi jelas Atlético Madrid dengan 19 kemenangan, 6 hasil imbang, dan hanya 4 kemenangan untuk Celta Vigo dari total 29 pertemuan sepanjang sejarah di LaLiga. Namun pertandingan di Balaídos selalu memberikan tantangan khusus bagi Los Colchoneros, dengan Celta mampu meraih hasil positif di 40% pertemuan mereka di kandang sendiri dalam lima tahun terakhir.

Musim lalu, kedua tim bertemu dua kali dengan hasil berbeda. Atlético Madrid meraih kemenangan telak 3-0 di Wanda Metropolitano pada Desember 2024, namun Celta membalas dengan kemenangan mengejutkan 2-1 di Balaídos pada April 2025 yang hampir menggagalkan ambisi Atlético meraih tiket Liga Champions. Pertandingan tersebut menjadi salah satu kekalahan mengejutkan bagi Simeone di akhir musim lalu, membuktikan bahwa Celta selalu memiliki kualitas untuk mengalahkan tim-tim besar ketika bermain di kandang sendiri.

Statistik menarik lainnya adalah Iago Aspas memiliki catatan gol yang mengesankan melawan Atlético Madrid dengan enam gol dalam 15 pertemuan, menjadikan Los Colchoneros sebagai salah satu tim favorit sang striker veteran. Sebaliknya, Atlético Madrid memiliki catatan defensif solid di Balaídos dengan hanya kebobolan 12 gol dalam 15 kunjungan terakhir mereka, menunjukkan efektivitas sistem pertahanan Simeone meskipun bermain tandang. Hasil imbang 1-1 kali ini menambah catatan sengit persaingan kedua tim yang selalu menyajikan pertandingan kompetitif dan penuh drama.


Dampak Psikologis dan Momentum ke Depan

Hasil imbang dalam pertandingan Celta vs Atlético Madrid membawa dampak psikologis yang signifikan bagi kedua tim menjelang jadwal padat di Oktober. Untuk Atlético, kehilangan dua poin saat bermain dengan 10 pemain bisa dilihat dari dua perspektif berbeda. Di satu sisi, ini adalah pukulan mental karena gagal mempertahankan keunggulan dan melanjutkan tren kemenangan. Di sisi lain, karakter juang yang ditunjukkan dalam kondisi kekurangan pemain bisa menjadi modal mental penting untuk pertandingan-pertandingan sulit berikutnya.

Diego Simeone harus segera membangun kembali kepercayaan diri timnya, terutama menjelang deretan pertandingan krusial di Liga Champions dan LaLiga. Los Colchoneros akan menghadapi Real Sociedad, Benfica, dan Real Betis dalam dua pekan ke depan, tiga pertandingan yang akan menentukan arah musim mereka. Simeone perlu mengatasi masalah disiplin pemain yang telah menyebabkan dua kartu merah dalam empat pertandingan terakhir, sebuah statistik yang sangat mengkhawatirkan untuk tim dengan filosofi pertahanan solid seperti Atlético.

Untuk Celta Vigo, satu poin ini adalah vitamin mental yang sangat dibutuhkan. Meskipun masih belum meraih kemenangan di musim ini, performa melawan tim papan atas seperti Atlético menunjukkan bahwa mereka memiliki kualitas untuk bersaing. Momen bersejarah Iago Aspas yang menyamai rekor penampilan sambil mencetak gol penyelamat akan menjadi sumber inspirasi bagi seluruh skuat. Claudio Giráldez harus memanfaatkan momentum positif ini untuk meraih kemenangan pertama dalam pertandingan berikutnya melawan Getafe dan Las Palmas, dua tim yang juga berjuang di papan bawah klasemen.


Jadwal Pertandingan Berikutnya dan Prediksi

Setelah pertandingan Celta vs Atlético Madrid, kedua tim akan menghadapi jadwal yang menantang dengan berbagai kompetisi yang harus dijalani. Atlético Madrid akan bertandang ke Anoeta Stadium untuk menghadapi Real Sociedad pada Minggu (13/10/2025) dalam lanjutan LaLiga. Pertandingan melawan La Real yang sedang dalam performa bagus di musim ini akan menjadi ujian besar bagi mental Los Colchoneros setelah tercecer poin di Balaídos.

Untuk kompetisi Eropa, Atlético akan menjamu Benfica di Wanda Metropolitano pada Rabu (16/10/2025) dalam lanjutan fase grup Liga Champions. Pertandingan melawan raksasa Portugal ini sangat krusial untuk peluang Atlético lolos ke fase knockout, mengingat mereka saat ini berada di posisi tengah grup dengan lima poin dari empat pertandingan. Diego Simeone diprediksi akan melakukan rotasi pemain mengingat jadwal padat, dengan kemungkinan memberikan kesempatan kepada pemain muda seperti Samu Omorodion dan Pablo Barrios untuk tampil lebih banyak.

Sementara itu, Celta Vigo akan menjamu Getafe di Estadio Abanca Balaídos pada Sabtu (12/10/2025). Ini adalah pertandingan six-pointer bagi Celta dalam usaha mereka keluar dari zona degradasi. Claudio Giráldez diprediksi akan memainkan starting XI yang sama dengan pertandingan melawan Atlético, memanfaatkan momentum positif dan kepercayaan diri yang meningkat. Iago Aspas yang kini menjadi pencetak gol terbanyak klub sepanjang sejarah akan menjadi kunci utama dalam pencarian kemenangan pertama musim ini. Pertemuan berikutnya Celta adalah tandang ke Las Palmas, klub promosi yang juga sedang berjuang di papan bawah, membuka peluang emas untuk mengumpulkan poin.

 

Analisis Taktik Mendalam: Simeone vs Giráldez

Dari perspektif taktik, pertandingan Celta vs Atlético Madrid menampilkan pertarungan menarik antara filosofi berbeda dari dua pelatih. Diego Simeone dengan sistem 4-4-2/4-2-3-1-nya yang iconic mengedepankan soliditas defensif dan efektivitas di serangan balik. Di 30 menit pertama sebelum kartu merah, Atlético tampil dominan dengan pressing tinggi dan transisi cepat yang membuat Celta kesulitan keluar dari pertahanan sendiri.

Namun setelah kartu merah Lenglet, Simeone harus mengubah total filosofi permainannya. Formasi berubah menjadi 5-3-1 ultra-defensif dengan Antoine Griezmann ditarik keluar untuk memasukkan José María Giménez. Semua pemain memiliki posisi defending yang sangat jelas, membentuk dua blok kompak dengan jarak maksimal 15 meter. Wing-backs Marcos Llorente dan Javi Galán ditarik masuk untuk membantu pertahanan, mengorbankan total kemampuan serangan balik demi menjaga clean sheet.

Claudio Giráldez di sisi lain mencoba mengimplementasikan gaya possession-based football dengan build-up dari belakang. Setelah mendapat keunggulan numerik, Giráldez mengubah formasi menjadi 3-4-3 untuk memaksimalkan serangan melalui sayap. Namun eksekusi rencana taktik ini tidak sempurna, dengan para pemain seringkali kehilangan kesabaran dan memilih crossing tanpa persiapan matang. Keputusan Giráldez memasukkan Óscar Mingueza dan Hugo Álvarez di babak kedua terbukti jenius, memberikan dimensi baru dengan kecepatan dan crossing akurat yang akhirnya membuahkan gol Aspas. Pertandingan ini menjadi pelajaran berharga bagi pelatih muda Spanyol itu tentang pentingnya kesabaran dalam memanfaatkan keunggulan numerik melawan tim yang dipimpin pelatih sekalber

Post Tags :

Berita Olahraga, NEWS

Slot Gacor Terbaru X500slot Joker88 Dewa77 Hokislot