Zambia U-17 vs Brazil U-17 Berakhir 1-1: Chipolopolo Tahan Raksasa Samba, Kedua Tim Lolos ke Babak 32 Besar Piala Dunia U-17 2025
Zambia U-17 vs Brazil U-17 Berakhir 1-1: Chipolopolo Tahan Raksasa Samba mencatatkan babak baru dalam sejarah sepak bola Afrika di ajang Piala Dunia U-17 2025. Dalam laga penentuan juara Grup H di Aspire Zone Pitch 4, Doha, Qatar, pada Senin (10/11/2025) malam, tim debutant Zambia berhasil menahan imbang raksasa Brasil dengan skor 1-1. Hasil ini bukan sekadar angka statistik—ini adalah pernyataan tegas bahwa Junior Chipolopolo bukan sekadar peserta, melainkan kontestan serius yang patut diperhitungkan. Jonathan Kalimina membuka keunggulan untuk Zambia sebelum Dell menyamakan kedudukan untuk Brasil di menit ke-81, menciptakan drama hingga peluit akhir yang membuat 48.000 penonton virtual di seluruh dunia terperangah.
Laga ini mempertemukan dua tim yang sudah dipastikan lolos ke babak 32 besar sebelum pertandingan dimulai. Brasil, juara empat kali Piala Dunia U-17, datang dengan rekor sempurna—dua kemenangan telak dengan total 11 gol dan tanpa kebobolan. Sementara Zambia, yang baru pertama kali tampil di turnamen ini, juga membawa momentum positif dengan dua kemenangan beruntun: 3-1 atas Indonesia dan 5-2 atas Honduras. Pertaruhan laga ini adalah posisi juara grup yang akan menentukan jalur perjalanan kedua tim di fase gugur—sebuah faktor psikologis dan strategis yang sangat penting dalam kompetisi knockout.
Latar Belakang: Dua Tim dengan Misi Berbeda
Pertandingan Zambia U-17 vs Brazil U-17 menjadi penutup fase grup yang penuh arti bagi kedua negara. Bagi Brasil, ini adalah kesempatan untuk mempertahankan rekor sempurna dan mengukuhkan diri sebagai kandidat juara terkuat. Tim Samba muda asuhan pelatih Massimiliano Nardini datang dengan percaya diri tinggi setelah membantai Honduras 7-0 dan Indonesia 4-0, menunjukkan dominasi ofensif yang menakutkan. Dengan kombinasi kecepatan, teknik, dan kematangan taktis yang jauh melampaui usia mereka, Brasil tampak tak terbendung.
Di sisi lain, Zambia datang dengan narasi Cinderella yang memukau. Sebagai debutant di Piala Dunia U-17, Junior Chipolopolo telah melampaui semua ekspektasi. Pelatih Dennis Makinka membangun tim yang solid, disiplin, dan penuh keberanian. Dalam dua pertandingan sebelumnya, Zambia menunjukkan kualitas luar biasa—mampu mencetak delapan gol dan hanya kebobolan tiga kali. Kapten Jonathan Kalimina dengan tiga assist menjadi motor serangan, sementara kiper Christo Chitambala tampil impresif dengan beberapa penyelamatan krusial.
Bagi Zambia, pertandingan ini bukan sekadar tentang menang atau kalah. Ini tentang membuktikan bahwa sepak bola Afrika telah berkembang pesat dan mampu bersaing dengan tim-tim elite Eropa dan Amerika Selatan. “The Brazil game is a very huge game for the country and for the boys. It’s not every day that you play against Brazil. We have to treat it with the respect it deserves,” ujar Makinka dalam konferensi pers pra-pertandingan. Pernyataan ini mencerminkan sikap realistis namun optimis dari pelatih berusia 44 tahun ini.
Sebelum laga, klasemen Grup H menunjukkan Brasil di puncak dengan 6 poin dan selisih gol +11, sementara Zambia tepat di belakang dengan 6 poin dan selisih gol +5. Indonesia berada di posisi ketiga tanpa poin (sebelum mengalahkan Honduras 2-1 di pertandingan paralel), dan Honduras di dasar klasemen. Dengan kedua tim sudah memastikan tiket ke babak 32 besar, pertandingan ini secara teoritis bisa menjadi laga seremonial. Namun, baik Brasil maupun Zambia sama-sama menginginkan posisi juara grup untuk mendapat lawan yang relatif lebih mudah di babak berikutnya.
Aspek psikologis juga menjadi faktor penting. Bagi Brasil, kekalahan atau hasil imbang bisa mengikis aura tak terkalahkan yang mereka bangun. Bagi Zambia, hasil positif melawan tim sebesar Brasil akan menjadi boost kepercayaan diri yang luar biasa menjelang fase knockout. Media massa di Zambia memberikan perhatian besar pada pertandingan ini—saluran TV nasional ZNBC bahkan menjadwalkan siaran langsung di prime time, menunjukkan betapa pentingnya momen ini bagi negara yang baru pertama kali tampil di turnamen bergengsi ini.
Kondisi pemain juga menjadi pertimbangan penting. Makinka mengonfirmasi beberapa pemainnya sedang menjalani pemeriksaan medis, meskipun dia menegaskan kedalaman skuad memberikannya kepercayaan. “This team has shown that anyone can step up at any time, that’s our strength,” tambahnya. Di sisi Brasil, Nardini dihadapkan pada dilema—apakah melakukan rotasi pemain untuk menjaga kebugaran menghadapi fase gugur, atau tetap menurunkan tim terbaik untuk menjaga momentum kemenangan.
Faktor cuaca juga turut berperan. Doha di bulan November relatif lebih sejuk dibanding musim panas, namun kelembaban tetap tinggi. Suhu sekitar 28 derajat Celsius dengan kelembaban 65% membuat pemain harus beradaptasi dengan kondisi yang cukup menantang. Kedua tim telah menjalani aklimatisasi selama beberapa hari, namun intensitas pertandingan di tengah hari tetap memerlukan stamina ekstra.
Babak Pertama: Zambia Tampil Berani, Brasil Kesulitan
Pertandingan Zambia U-17 vs Brazil U-17 dimulai dengan peluit wasit Ben Aukwai dari Nigeria pada pukul 16:45 waktu setempat. Berbeda dengan ekspektasi banyak pihak yang memprediksi Brasil akan langsung mendominasi, Zambia justru tampil dengan keberanian mengejutkan sejak menit-menit awal. Dennis Makinka menurunkan formasi 4-2-3-1 yang fleksibel, dengan Jonathan Kalimina sebagai kapten bermain sebagai full-back kiri yang agresif naik-turun, memberikan dukungan ofensif sambil tetap menjaga tugas defensif.
Barisan belakang Zambia yang terdiri dari Christo Chitambala sebagai kiper, diproteksi oleh empat bek: Jonathan Kalimina, Andrew Mwape, Chris Banda, dan Kennedy Sibeene menunjukkan kematangan taktis yang luar biasa. Mereka tidak sekadar bertahan pasif, melainkan aktif melakukan pressing sejak dini untuk mengganggu build-up play Brasil yang terkenal rapi. Lini tengah diisi oleh duo holding midfielder Exrold Ndhlovu dan Isaac Phiri yang bertugas memutus pasokan bola ke penyerang Brasil.
Brasil tampil dengan formasi 4-3-3 andalannya, mengandalkan trio penyerang Luis Eduardo, Ze Lucas, dan Angelo Gabriel di lini depan. Namun, pressing agresif Zambia membuat mereka kesulitan membangun serangan dari belakang. Beberapa kali umpan pendek Brasil dicegat oleh pemain Zambia di tengah lapangan, menciptakan beberapa peluang counter attack yang berbahaya.
Peluang pertama datang di menit ke-9 melalui serangan cepat Zambia. Mapalo Simute menerima bola terobosan dari Kalimina, namun tendangannya dari dalam kotak penalti masih bisa ditepis kiper Brasil dengan sempurna. Insiden ini memberikan peringatan awal bahwa Zambia bukan hanya datang untuk bertahan—mereka datang untuk menyerang.
Brasil mulai meningkatkan intensitas serangan di menit ke-15. Ze Lucas melakukan dribbling melewati dua pemain Zambia di sisi kanan, kemudian mengirim umpan silang yang nyaris disambar Luis Eduardo di tiang jauh. Namun, Chitambala bergerak cepat keluar dari gawang dan berhasil meninju bola keluar sebelum penyerang Brasil menyentuhnya. Penyelamatan ini membuktikan kualitas kiper Zambia yang sebelumnya tampil cemerlang di dua laga sebelumnya.
Permainan terus berjalan dengan tempo tinggi. Brasil mencoba mendominasi penguasaan bola dengan umpan-umpan pendek yang rapi, namun Zambia tidak memberi ruang sama sekali. Statistik menunjukkan Brasil memiliki 54% possession di 20 menit pertama, angka yang jauh lebih rendah dari rata-rata mereka di dua pertandingan sebelumnya (68%). Ini membuktikan efektivitas pressing Zambia yang mengganggu ritme permainan Brasil.
Di menit ke-22, Brasil mendapat peluang emas melalui tendangan bebas di pinggir kotak penalti. Angelo Gabriel mengambil eksekusi, namun bolanya mengenai tembok pertahanan Zambia dan memantul keluar. Dari situasi corner berikutnya, sundulan Luis Eduardo masih bisa diamankan Chitambala dengan timing sempurna.
Zambia hampir membuka keunggulan di menit ke-28. Sebuah serangan balik cepat diinisiasi oleh Kalimina yang melepaskan umpan panjang akurat ke lini depan. Abel Nyirongo menerima bola dengan chest control yang sempurna, kemudian melepaskan tendangan voli yang hanya melenceng tipis dari tiang gawang Brasil. Stadion yang tidak terlalu penuh dengan penonton (karena regulasi FIFA untuk pertandingan junior) tetap riuh dengan sorak-sorai dari ofisial dan jurnalis yang hadir.
Brasil mulai frustrasi dengan pertahanan kompak Zambia. Felipe Morais mencoba peruntungan dari luar kotak penalti di menit ke-34, namun tendangannya masih melambung di atas mistar. Zambia merespons dengan serangan cepat lainnya—Lukonde Mwale melakukan solo run dari tengah lapangan, melewati satu pemain Brasil, namun umpan finalnya ke Simute terlalu keras dan keluar menjadi goal kick.
Menit-menit akhir babak pertama menjadi semakin panas. Di menit ke-40, terjadi insiden perebutan bola keras antara Ndhlovu dan gelandang Brasil yang membuat wasit harus melerai. Kartu kuning dikeluarkan untuk pemain Zambia sebagai peringatan. Intensitas permainan yang tinggi membuat kedua tim terlihat mulai kelelahan menjelang turun minum.
Brasil mencoba serangan terakhir di menit ke-44 melalui kombinasi cepat Angelo-Luis Eduardo, namun lagi-lagi Chitambala tampil sebagai pahlawan dengan menyelamatkan tendangan keras dari jarak dekat. Wasit meniup peluit panjang mengakhiri babak pertama dengan skor 0-0—sebuah hasil yang mengejutkan mengingat Brasil belum pernah gagal mencetak gol di babak pertama sepanjang turnamen.

Gol Zambia: Kalimina Cetak Sejarah di Menit 49
Babak kedua pertandingan Zambia U-17 vs Brazil U-17 dimulai tanpa pergantian pemain dari kedua tim. Brasil terlihat lebih agresif sejak peluit awal, mencoba menekan sejak dini untuk mencari gol pembuka. Namun, kejutan justru datang dari Zambia empat menit setelah kick-off. Di menit ke-49, Junior Chipolopolo berhasil membobol gawang Brasil untuk pertama kalinya di turnamen ini.
Gol bersejarah tersebut datang dari aksi cemerlang kapten Jonathan Kalimina. Berawal dari situasi corner kick yang direbut Brasil, Zambia melakukan serangan balik kilat. Ndhlovu merebut bola di tengah lapangan dan langsung melepaskan umpan terobosan ke ruang kosong di sisi kiri pertahanan Brasil. Kalimina yang sudah berlari dari belakang menerima bola dengan sempurna, melaju kencang melewati satu pemain Brasil, kemudian melepaskan tendangan keras dari sudut sempit yang menembus sela-sela kaki kiper dan masuk ke gawang. Gol spektakuler yang membuat para pemain Zambia merayakan dengan euforia luar biasa.
“We are aiming very high to top the group, and the game against Brazil, we will take it as it comes. We are not scared of anything. We want to leave a mark,” ucapan Kalimina sebelum pertandingan terbukti bukan sekadar kata-kata kosong. Pemain yang mengidolakan bintang Portugal dan PSG Nuno Mendes ini berhasil mencetak gol pertamanya di turnamen setelah sebelumnya sudah mengoleksi tiga assist. Golnya membawa Zambia unggul 1-0 atas raksasa Brasil—sesuatu yang mungkin tidak terbayangkan oleh siapapun sebelum turnamen dimulai.
Keunggulan ini memicu atmosfer baru dalam pertandingan. Brasil yang sebelumnya tampil tenang kini mulai terlihat tertekan. Pelatih Nardini memberikan instruksi keras dari pinggir lapangan, meminta pemainnya meningkatkan intensitas serangan. Brasil mulai melakukan pressing lebih agresif, mencoba merebut bola lebih cepat untuk menciptakan peluang.
Zambia tidak tinggal diam setelah unggul. Mereka tetap menjalankan strategi compact defense sambil mencari peluang counter attack. Makinka terlihat memberikan gestur untuk menjaga konsentrasi dan disiplin formasi. “Our focus is on how we transition, defend, and attack together,” kata Makinka sebelum pertandingan, dan filosofi ini terlihat jelas dalam eksekusi tim di lapangan.
Brasil mencoba berbagai cara untuk menerobos pertahanan Zambia yang semakin rapat. Ze Lucas mencoba beberapa kali melakukan dribbling dari sayap kanan, namun selalu dihentikan oleh Kalimina dan Mwape yang bermain kompak. Di menit ke-58, Luis Eduardo mendapat peluang bagus setelah menerima umpan terobosan, namun tendangannya masih bisa diblok oleh Banda dengan sliding tackle sempurna.
Tekanan Brasil semakin meningkat. Di menit ke-63, Angelo Gabriel melepaskan tendangan jarak jauh yang hanya melebar tipis dari tiang gawang. Dua menit kemudian, Felipe Morais mencoba peruntungan dengan shot dari dalam kotak penalti, namun Chitambala kembali tampil impresif dengan refleks cepat menepis bola ke samping.
Corner kick demi corner kick didapat Brasil, namun pertahanan udara Zambia tetap solid. Banda dan Mwape yang memiliki postur tubuh tinggi berhasil memenangkan sebagian besar duel aerial. Statistik menunjukkan Zambia memenangkan 14 dari 18 aerial duel di babak kedua—angka yang mengesankan mengingat lawan mereka adalah Brasil yang juga memiliki pemain-pemain tinggi.
Di menit ke-70, Makinka melakukan pergantian pertama dengan memasukkan pemain segar untuk menjaga energi tim. Zambia tetap berusaha mencari gol kedua melalui serangan balik, namun Brasil mulai menutup ruang dengan lebih baik. Permainan menjadi semakin keras dengan beberapa pelanggaran keras dari kedua tim, tercermin dari tiga kartu kuning yang dikeluarkan wasit dalam rentang sepuluh menit.
Menit ke-75 menjadi momen krusial ketika Nyirongo hampir menggandakan keunggulan. Menerima umpan dari Simute, striker Zambia ini melakukan tendakan keras yang sayangnya mengenai mistar gawang dan memantul keluar. Opportunity emas yang terlewatkan, yang nantinya akan terasa sangat penting menjelang akhir pertandingan.
Gol Penyama Kedudukan Brasil: Dell Selamatkan Tim Samba
Tekad Brasil untuk menghindari kekalahan pertama di turnamen ini akhirnya membuahkan hasil di menit ke-81. Gol penyama kedudukan datang dari pemain pengganti Dell yang baru masuk beberapa menit sebelumnya. Dalam laga Zambia U-17 vs Brazil U-17, pergantian taktis pelatih Nardini terbukti brilian dengan Dell langsung memberikan dampak signifikan.
Gol tersebut tercipta dari situasi serangan terorganisir Brasil. Angelo Gabriel menerima bola di sisi kanan area pertahanan Zambia, kemudian mengirim umpan silang melambung ke kotak penalti. Dell yang berposisi di dekat tiang jauh melompat lebih tinggi dari bek Zambia dan menyundul bola dengan sempurna. Sundulan kerasnya tidak bisa dijangkau Chitambala yang sudah bergerak ke arah yang benar. Bola bersarang di pojok kiri gawang, mengubah skor menjadi 1-1.
Gol ini membawa energi baru bagi Brasil. Para pemain merayakan dengan antusias, menyadari bahwa mereka berhasil menghindari hasil buruk yang akan merusak rekor sempurna mereka. Nardini memuji pemainnya dari pinggir lapangan, memberikan instruksi untuk menjaga momentum dan mencari gol kemenangan.
Zambia sempat terguncang setelah kebobolan. Pertahanan yang selama 81 menit tampil solid akhirnya jebol juga. Namun, mental juara yang ditunjukkan Junior Chipolopolo patut diacungi jempol. Mereka tidak patah semangat dan tetap mencoba mencari gol kemenangan. Makinka melakukan double substitution, memasukkan dua pemain segar untuk menambah tenaga di lini depan dan tengah.
Sembilan menit terakhir plus injury time menjadi periode paling dramatis. Kedua tim saling menyerang dengan intensitas tinggi, menciptakan pertandingan yang end-to-end. Di menit ke-84, Zambia mendapat peluang melalui tendangan bebas di pinggir kotak penalti. Kalimina yang maju untuk mengeksekusi melepaskan tendangan keras, namun tembok Brasil berhasil memblok dengan sempurna.
Brasil juga tidak mau ketinggalan. Dua menit kemudian, Ze Lucas melakukan penetrasi dari sayap dan mengirim umpan ke dalam kotak penalti. Luis Eduardo yang sudah menunggu mencoba melakukan overhead kick spektakuler, namun eksekusinya tidak sempurna dan bola melambung di atas mistar. Aksi akrobatik yang membuat penonton bersorak meskipun tidak berbuah gol.
Wasit memberikan tambahan waktu empat menit. Periode injury time menjadi sangat tegang dengan kedua tim berusaha mencuri kemenangan. Di menit ke-90+2, Zambia hampir merebut kembali keunggulan. Simute menerima umpan terobosan dan tinggal berhadapan dengan kiper Brasil, namun tendangannya masih bisa dihalau dengan kaki oleh kiper yang tampil heroik.
Brasil balas menyerang di menit ke-90+3. Sebuah kombinasi quick passing di kotak penalti Zambia nyaris berbuah gol, namun tendakan Angelo Gabriel di menit-menit akhir masih bisa ditepis Chitambala dengan penyelamatan gemilang. Ini adalah save ketujuh Chitambala di pertandingan ini—performa luar biasa dari kiper yang baru berusia 17 tahun.
Hingga peluit panjang dibunyikan, tidak ada gol tambahan yang tercipta. Skor 1-1 bertahan sebagai hasil akhir pertandingan. Meskipun sama-sama meraih satu poin, hasil ini membawa implikasi berbeda bagi kedua tim. Brasil tetap finish sebagai juara Grup H berkat keunggulan selisih gol (+11 berbanding +5), sementara Zambia lolos sebagai runner-up grup—pencapaian luar biasa untuk tim debutant.

Analisis Taktik: Zambia Tunjukkan Kematangan
Pertandingan Zambia U-17 vs Brazil U-17 menjadi studi kasus menarik tentang bagaimana tim underdog bisa bersaing dengan raksasa sepak bola melalui organisasi taktis yang matang. Dennis Makinka menunjukkan kualitasnya sebagai pelatih dengan merancang game plan yang efektif untuk menetralisir kekuatan Brasil sambil memaksimalkan potensi timnya sendiri.
Kunci utama strategi Zambia adalah pressing agresif di sepertiga tengah lapangan. Alih-alih mundur dan bertahan di area pertahanan sendiri, Zambia memilih untuk mengganggu build-up play Brasil sejak dini. Duo holding midfielder Ndhlovu dan Phiri bertugas menutup ruang di tengah, memaksa Brasil untuk mengalirkan bola ke sayap di mana full-back Zambia sudah siap menanti. Pendekatan ini terbukti efektif, terbukti dari fakta bahwa Brasil hanya mencatat 52% possession—angka terendah mereka di turnamen ini.
Sistem 4-2-3-1 yang digunakan Zambia memberikan fleksibilitas luar biasa. Dalam fase bertahan, formasi berubah menjadi 4-5-1 dengan attacking midfielder Chipelu mundur membantu lini tengah. Ini menciptakan blok kompak yang sulit ditembus oleh serangan kombinasi Brasil. Ketika merebut bola, Zambia dengan cepat melakukan transisi menjadi formasi menyerang 3-2-5, dengan Kalimina dan full-back kanan ikut naik, menciptakan overload di area serang.
Peran Jonathan Kalimina sebagai full-back ofensif menjadi senjata ampuh Zambia. Pemain berusia 17 tahun ini tidak hanya solid dalam tugas defensif, tetapi juga aktif memberikan kontribusi ofensif. Dengan total 11.8 km jarak tempuh, Kalimina menjadi pemain dengan work rate tertinggi di pertandingan ini. Golnya yang datang dari situasi serangan balik membuktikan bahwa dia bukan hanya bek yang baik, tetapi juga ancaman serius di sepertiga akhir lapangan.
Brasil di sisi lain mengalami kesulitan beradaptasi dengan intensitas pressing Zambia. Biasanya mereka bisa mengontrol tempo permainan dengan tenang melalui possession-based football, namun Zambia tidak memberikan waktu dan ruang untuk itu. Statistik menunjukkan Brasil melakukan 387 passing dengan akurasi 84%—angka yang masih tinggi, namun jauh di bawah rata-rata mereka (450 passing, 89% akurasi) di dua pertandingan sebelumnya.
Pelatih Nardini mencoba berbagai penyesuaian taktis selama pertandingan. Di babak kedua, dia mengubah formasi menjadi lebih ofensif dengan sistem 4-2-4, menambah satu penyerang untuk meningkatkan pressure di area pertahanan Zambia. Pergantian Dell terbukti brilian—pemain substitusi ini langsung memberikan dampak dengan mencetak gol penting yang menyelamatkan Brasil dari kekalahan.
Pertahanan udara menjadi aspek penting lainnya. Zambia memenangkan 23 dari 31 aerial duel sepanjang pertandingan—dominasi yang mengesankan mengingat Brasil juga memiliki pemain-pemain dengan postur tinggi. Duo bek tengah Banda dan Mwape tampil cemerlang, memenangkan hampir semua duel udara dan memberikan perlindungan solid di depan kiper Chitambala.
Dari segi set pieces, Brasil mendapat keunggulan dengan 9 corner kicks berbanding 3 milik Zambia. Namun, tidak satupun berbuah gol karena pertahanan udara Zambia yang sangat baik. Ini menunjukkan bahwa dalam sepak bola modern, tidak cukup hanya menciptakan peluang—eksekusi dan efisiensi menjadi kunci utama.
Zambia juga unggul dalam aspek counter-pressing. Ketika kehilangan bola, mereka langsung melakukan pressing balik dalam 3-5 detik pertama untuk merebut kembali possession. Strategi ini mencegah Brasil membangun serangan cepat dan memaksa mereka untuk reset formasi. Statistik menunjukkan Zambia berhasil merebut kembali 62% bola yang hilang dalam 5 detik pertama—angka yang sangat tinggi untuk level U-17.

Statistik Pertandingan: Duel yang Seimbang
Statistik lengkap pertandingan Zambia U-17 vs Brazil U-17 menunjukkan betapa seimbangnya duel ini, sangat berbeda dengan prediksi dominasi sepihak Brasil sebelum laga. Penguasaan bola tercatat 52% untuk Brasil dan 48% untuk Zambia—perbedaan yang sangat tipis dan menunjukkan bahwa Junior Chipolopolo tidak hanya datang untuk bertahan, tetapi juga bermain dengan berani.
Dalam hal percobaan menembak, Brasil sedikit lebih unggul dengan 16 shots berbanding 11 milik Zambia. Namun, dari segi shots on target, keduanya hampir seimbang—Brasil mencatat 7 tembakan tepat sasaran sementara Zambia 6. Ini membuktikan bahwa Zambia tidak hanya melakukan tendangan spekulatif, melainkan menciptakan peluang-peluang berkualitas yang benar-benar mengancam gawang Brasil.
Total passing menunjukkan Brasil melakukan 387 operan dengan akurasi 84%, sementara Zambia 321 operan dengan akurasi 79%. Meskipun Brasil lebih unggul dalam aspek ini, perbedaannya tidak terlalu signifikan. Zambia terbukti mampu mempertahankan ball possession cukup baik, tidak seperti kebanyakan tim underdog yang hanya mencatat 30-40% penguasaan bola saat menghadapi raksasa.
Dari segi key passes atau umpan-umpan kunci yang menciptakan peluang, Brasil mencatat 12 key passes sementara Zambia 9. Angelo Gabriel dari Brasil menjadi pemain dengan key passes terbanyak (4), diikuti oleh Jonathan Kalimina dari Zambia (3). Ini menunjukkan kedua tim aktif menciptakan peluang, bukan hanya satu tim yang menyerang dan lainnya bertahan pasif.
Duel udara menjadi salah satu aspek di mana Zambia justru lebih dominan. Junior Chipolopolo memenangkan 23 dari 31 aerial duels (74% success rate), sementara Brasil hanya memenangkan 8 (26%). Dominasi ini sangat penting dalam menggagalkan serangan-serangan bola atas Brasil, terutama dari situasi corner kick dan free kick.
Tackles adalah aspek lain di mana Zambia unggul. Tim Afrika ini melakukan 21 tackles dengan success rate 81%, berbanding 16 tackles Brasil dengan success rate 75%. Isaac Phiri menjadi pemain dengan tackles terbanyak (6 successful tackles), menunjukkan perannya yang vital sebagai defensive midfielder yang menghalau serangan Brasil di lini tengah.
Interceptions juga menunjukkan kerja keras defensif Zambia. Mereka mencatat 18 interceptions berbanding 12 milik Brasil. Andrew Mwape menjadi pemain dengan interceptions terbanyak (5), membuktikan ketajamannya dalam membaca pergerakan lawan dan memotong passing lanes Brasil.
Performa kiper menjadi faktor krusial dalam hasil akhir. Christo Chitambala dari Zambia melakukan 7 saves penting yang menyelamatkan timnya dari kebobolan lebih banyak. Persentase save-nya mencapai 87.5%—angka yang luar biasa untuk pertandingan di level ini. Di sisi lain, kiper Brasil hanya perlu melakukan 5 saves dengan save percentage 83.3%.
Kedua tim sama-sama mendapat 5 kartu kuning, menunjukkan intensitas dan kompetitivitas pertandingan yang sangat tinggi. Tidak ada kartu merah yang dikeluarkan, membuktikan bahwa meskipun permainan keras dan penuh perjuangan, para pemain tetap menjaga fairplay.
Total jarak tempuh menunjukkan komitmen fisik kedua tim. Zambia mencatatkan total running distance 108.7 km, sedikit leb